Bedah Novel
Sekolah, Ayo Sekolah !
Karya : Wiwid
Prasetyo
Disusun
oleh:
Ordeli Yamotuho Zalukhu
Kelas:
XI-IPA2
SMA NEGERI UNGGULAN SUKMA NIAS
T.P. 2012/2013
Puji
dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya, akhirnya
resentator dapat menyelesaikan pembedahan novel yang berjudul “ Sekolah, Ayo
Sekolah.”
Novel yang menceritakan kisah tentang anak kecil yang bernama Ponijo anak
dari pak Darsus dan ibu Rukmini. Ponijo menemukan batu jimat yang sangat
dipercaya orang-orang di sekitarnya dapat menyembuhkan penyakit. Sehingga
Ponijo pun percaya bahwa batu itu memang sakti dan punya kekuatan. Ia pun
lantas menjadi sombong terhadap siapa pun. Termaksud tidak mengindahkan saran
orang tuanya untuk tetap bersekolah.
Resentator
juga berterimakasih kepada semua pihak yang ikut serta dalam pembedahan novel
ini, terlebih-lebih kepada Bapak M.B. Dohare yang telah membimbing dan
mengarahkan resentator.
Resentator
menyadari bahwa banyak kekurangan dalam pembedahan novel ini, untuk itu
resentator mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Sekian dan terima kasih.
Gunungsitoli
Selatan, 07 Desember 2012
Resentator
Ordeli
Yamotuho Zalukhu
------------------------------------
IDENTITAS PENGARANG
Wiwid Prasetyo atau sering juga menulis dengan nama Prasmoedya Tohari,
lahir pada 9 November 1981 di Semarang. Alumnus Fakultas Dakwah IAIN Walisongo,
Semarang, tahun 2005 ini sehari-harinya aktif di Majalah FURQON, PESANTrend,
Si Dul (majalah anak-anak), serta tabloid Info Plus Semarang,
baik selaku redaktur maupun reporter. Selain itu, ia juga peduli terhadap dunia
pendidikan, terbukti masih menjadi pengajar di Bimbingan Belajar Smart Kids
Semarang.
Di
sela-sela kesibukannya, ia masih menyempatkan diri untuk menulis beberapa karya
dalam bentuk buku. Beberapa karyanya yang sudah terbit adalah Orang Miskin
Dilarang Sekolah (DIVA Press, 200), Sup Tujuh Samudra (Bersama
Badiatul Rozikin, DIVA Press, 2009), Chicken Soup Asma’ul Husna
(Garailmu, 2009), dan Miskin Kok Mau Sekolah…?! (DIVA Press, 2009), Idolaku
Ya Rasulullah Saw…! (DIVA Press, 2009), Demi Cintaku pada-Mu (DIVA
Press, 2009), Aha, Aku Berhasil Kalahkan Harry Potter (DIVA Press,
2010), The Chronicle of Kartini (DIVA Press, 2010), dan Nak, Maafkan
Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu (DIVA Press, 2010).
-------------------------------
IDENTITAS NOVEL
Judul : Sekolah, Ayo Sekolah
Pengarang : Wiwid Prasetyo
Penerbit : Diva Press
Tahun
terbit : 2010
Editor : Nisrina Lubis
Edisi : Softcover
Ukuran
buku : 14 x 20 cm
Tebal/jumlah
halaman : 475 halaman
Jenis
Kertas : HVS putih
Jenis
Huruf : Times new roman dan comic sans ms
Deskripsi Cover : Cover novel ini berlatar putih
dan menampilkan beberapa kutipan isi novel supaya pembaca cepat tertarik untuk
membacanya. Di sebelah kutipan itu,
terdapat gambar seorang anak sekolah dasar yang membawa tas tanpa menggunakan
sepatu dan atribut yang lengkap. Hal ini, menggambarkan bahwa novel ini
bertemakan pendidikan terutama di daerah yang jauh dari kota. Supaya lebih menarik penulis memberi warna huruf yang berbeda-beda,
seperti hitam, putih, merah dan jingga.
------------------------------
SINOPSIS
Kisah novel ini adalah kisah tragis juga lucu
tentang anak kecil (Ponijo) yang menemukan batu jimat yang sangat dipercaya
orang-orang di sekitarnya dapat menyembuhkan penyakit. Tentu saja, di tengah
demikian mencekiknya biaya rumah sakit, mereka (orang-orang desa tersebut)
demikian berharap banyak pada batu jimat yang selalu dipegang Ponijo.
Intrik demi intrik pun bermunculan
menghadang Ponijo. Hingga, ada saja orang-orang yang memanfaatkan demi
mendapatkan uang hanya dengan berpangku tangan. Bahkan, Ponijo pun percaya
bahwa batu itu memang sakti dan punya kekuatan. Ia pun lantas menjadi sombong
terhadap siapa pun. Termaksud tidak mengindahkan saran orang tuanya untuk tetap
BERSEKOLAH. Kesombongan Ponijo membawanya semakin jauh dari dirinya yang
dahulu. Kesombongan membuatnya lupa bahwa sesungguhnya batu itu tidak punya
kekuatan apa-apa. Ponijo sudah berjalan semakin jauh dari jalan yang lurus, dan
satu ancaman besar mengintai hidupnya.
--------------------
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………………………. i
IDENTITAS
PENGARANG ………………………………………………... ii
IDENTITAS
NOVEL ……………………………………………………….. iii
SINOPSIS
…………………………………………………………………… iv
DAFTAR
ISI ………………………………………………………………… v
BAB
I. PENDAHULUAN …………………………………………………... 1
1.1.
Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
1.2.
Tujuan ...………………………………………………………………… 2
1.3.
Landasan Teori …………………………………………………………. 3
1.4.
Metode Penelitian ………………………………………………………. 11
BAB
II. PEMBAHASAN …………………………………………………… 17
2.1. Unsur intrinsik ………………………………………………………….. 17
2.1.1.
Tema ………………………………………………………………….. 17
2.1.2.
Tokoh ………………………………………………………………… 19
2.1.3.
Penokohan ……………………………………………………………. 27
2.1.4.
Plot …………………………………………………………………… 28
2.1.5.
Latar/Setting ………………………………………………………….. 29
2.1.6.
Gaya Bahasa ………………………………………………………….. 30
2.1.7.
Sudut Pandang ………………………………………………………... 31
2.1.8.
Amanat ……………………………………………………………….. 31
2.2.
Unsur Ekstrinsik ………………………………………………………... 32
2.2.1.
Nilai Agama ………………………………………………………….. 32
2.2.2.
Nilai Moral……………………………………………………………. 33
2.2.3.
Nilai Budaya ………………………………………………………….. 33
2.2.4.
Nilai Sosial ……………………………………………………………. 34
BAB
III. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 35
3.1.
Kesimpulan ……………………………………………………………... 35
3.2.
Saran…………………………………………………………………….. 35
DAFTAR
ISTILAH …………………………………………………………. vii
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………. viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Apabila kita memperhatikan
lingkungan kita, khususnya di Kota Gunungsitoli maka masih banyak anak-anak
maupun remaja yang tidak bersekolah. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi
orang tua maupun faktor motivasi dari anak tertentu yang tidak mau mengejar pendidikannya.
Mereka lebih memilih untuk bermain-main seperti main PS atau connect to internet
yang bersifat menghambur-hamburkan uang dan juga merusak moral anak terutama
ketika si anak membuka situs-situs terlarang dan lama kelamaan mereka bersifat
malas serta tidak mau berusaha untuk hidup mereka. Sebagian juga terdapat
anak-anak maupun remaja, mereka lebih memilih untuk mencari uang sendiri seperti pedagang asongan, buruh
pelabuhan, kuli bangunan, cleaning
service di perkantoran atau di rumah sakit, dan lain-lain. Keadaan seperti
ini sangat memprihatinkan, sebab anak-anak maupun remaja tersebut menjalani
tahapan kehidupan yang salah, karena mereka memiliki tugas pokok yaitu bersekolah
dan belajar yang diharapkan oleh orang tua kitayang hidup sekarang ini untuk
meneruskan cita-cita mereka dalam membangun daerah kita sendiri.
Mengingat kehidupan anak-anak maupun
remaja sekarang ini lebih memilih cara yang serba instan. Maka penulis yang
bernama Wiwid Prasetyo, menulis
sebuah
novel yang berjudul Sekolah,
Ayo Sekolah yang di angkat dari sebuah kisah nyata tentang anak batu yang
bernama Ponari yang terjadi di
Balongsari tahun 2008 yang lalu. Novel ini sangat menginspirasi pembaca
terutama kalangan pelajar. Karena penulis menyadarkan pelajar akan tugas
pokoknya yaitu belajar, bukan untuk mencari uang atau berbuat hal lain yang
tidak dapat mendukung kecerdasan intelektual mereka. Misalnya saja dalam novel
ini menceritakan seorang pelajar yang bernama Ponijo bersikap sombong dan
menyepelekan sekolahnya ketika dia menjadi seorang juru sembuh di daerahnya.
Akan tetapi, perlu kita sadari bahwa kita sebagai pelajar yang memiliki tujuan
yang kuat maka harus mengutamakan yang lebih utama yaitu belajar.
Untuk itu, resentator sengaja
membedah novel ini supaya anak-anak maupun remaja yang terdapat di daerah kita
dapat termotivasi untuk belajar dan mengejar cita-cita yang lebih baik.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dalam membedah novel
ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
melengkapi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia
2.
Sebagai
sarana penilaian tingkat kemampuan siswa dalam mengaplikasikan kemampuannya dalam
mengolah dan menerapkan materi pembelajaran yang diterima sebelumnya. Sebab
dalam pembedahn novel, hampir semua materi pembelajaran tercakup didalamnya,
salah satunya adalah cara menulis Karya Tulis Remaja Populer .”
3.
Untuk
mengetahui hubungan kehidupan sehari-hari dengan isi novel, terutama kehidupan
anak-anak maupun remaja yang belum sekolah dan juga para pelajar yang terdapat
di sekitar kota Gunungsitoli. .
4.
Untuk
menganalisa kelebihan dan kelemahan yang terdapat dalam sebuah novel
Untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan beberapa tahapan yaitu mengetahui unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel ini.
1.3. Landasan
Teori
Sastra
merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi
yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu
sastra juga merupakan hasil karya seseorang yang diekspresikan melalui tulisan
yang indah, sehingga karya yang dinikmati mempunyai nilai estetis dan dapat
menarik para pembaca untuk menikmatinya. Karya-karya yang indah ini dalam
sastra salah satunya adalah novel. Novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa
dari tokoh cerita, dimana kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan batin
yang mengubah perjalanan nasib tokohnya. Untuk itu resentator mengambil beberapa
pengertian tentang novel dari beberapa ahli sebagai pedoman untuk menyimpulkan
tentang apa sebenarnya novel tersebut.
The American College Dictonary (dalam Tarigan, 1984:164)
menyatakan, “ Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang
tertentu yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang
representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.
Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi dimasyarakat.
Karya-karya yang menarik itu dapat mempengaruhi jiwa para pembaca sehingga
dapat menyelami dan seolah-olah hadir dalam cerita tersebut.
KBBI (2002 : 788)
menyatakan, “Novel adalah karangan prosa panjang, mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak
dan sifat setiap pelaku.
Menurut Jassin
(dalam Mursini, 2005 : 34) menyatakan, “Novel adalah menceritakan suatu kejadian
yang luar biasa dari tokoh cerita, di mana kejadian-kejadian ini menimbulkan
pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya.
Senada dengan
pendapat di atas Antilan (2001 : 63) menyatakan, “Novel adalah jenis prosa yang
mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia
atas dasar sudut pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, diolah dengan
teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan.
Dari pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan novel adalah karangan prosa
panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang
disekelilingnya dan memiliki unsur tokoh, alur, latar rekaan dan nilai hidup di
mana kejadian-kejadian menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan
nasib tokohnya.
Adapun pengertian dari sinopsis novel adalah ringkasan cerita novel. Ringkasan novel
adalah bentuk pemendekan dari sebuah novel dengan tetap memperhatikan
unsur-unsur intrinsik novel tersebut. Sinopsis novel merupakan suatu cara yang efektif untuk
menyajikan karangan (novel) yang panjang dalam bentuk yang singkat. Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan
penjelasan-penjelasan dihilangkan, tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan
umum pegarangnya.
Langkah-langkah membedah novel adalah :
- Membaca naskah asli terdahulu untuk mengetahui kesan umum penulis.
- Mencatat gagasan utama dengan menggaris bawahi gagasan - gagasan yang penting.
- Menulis ringkasan berdasarkan gagasan-gagasan utama sebagaimana dicatat pada langkah ke 2. Kita gunakan kalimat yang padat, efektif, dan menarik untuk merangkai jalan cerita menjadi sebuah karangan singkat yang menggambarkan karangan asli.
- Dialog dan monolog tokoh cukup ditulis isi atau dicari garis besarnya saja.
- Ringkasan / sinopsis novel tidak boleh menyimpang dari jalan cerita dan isi dari keseluruhan novel.
Menurut Muchtar
Lubis dalam Tarigan (1984:165) cerita novel itu ada bermacam-macam, antara
lain:
- Novel Avonuter adalah bentuk novel yang dipusatkan pada seorang lakon atau tokoh utama. Ceritanya dimulai dari awal sampai akhir para tokoh mengalami rintangan-rintangan dalam mencapai maksudnya.
- Novel Psikologi merupakan novel yang penuh dengan peristiwa-peristiwa kejiwaan para tokoh.
- Novel Detektif adalah novel yang merupakan cerita pembongkaran rekayasa kejahatan untuk menagkap pelakunya dengan cara penyelidikan yang tepat dan cermat.
- Novel Politik atau novel Sosial adalah bentuk cerita tentang kehidupan golongan dalam masyarakat dengan segala permasalahannya, misalnya antara kaum masyarakat dan buruh dengan kaum kapitalis terjadi pemberontakan.
- Novel kolektif adalah novel yang menceritakan pelaku secara kompleks (menyeluruh) dan segala seluk beluknya. Novel kolektif tidak mementingkan individu masyarakat secara kolektif.
Sedangkan
menurut Jakob Sumardjo dan Saini K.M (1986:29), jenis novel adalah sebagai berikut:
1.
Novel Percintaan
Novel
percintaan melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara seimbang bahkan
kadang-kadang peranan wanita lebih dominan.
2.
Novel Petualangan
Novel
petualangan sedikit sekali memasukan peranan wanita. Jika wanita di sebut dalam
novel ini maka penggambarannnya kurang berkenan. Jenis novel ini adalah bacaan
pria. Karena tokoh-tokohnya adalah pria, dan dengan sendirinya banyak masalah
untuk laki-laki yang tidak ada hubungannya dengan wanita.
3.
Novel Fantasi
Novel
fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realistis dan serba tidak mungkin
dilihat dari pengalaman sehari-hari. Novel jenis ini menggunakan karakter yang
tidak realistis, setting, dan plot yang juga tidak wajar untuk menyampaikan
ide-ide penelitinya.
Untuk
mempermudah dalam membedah sebuah novel maka kita harus mengerti unsur-unsur
pembangun novel. Unsur-unsur tersebut terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Unsur-Unsur Intrinsik Novel
Berikut
ini penjelasan mengenai unsur-unsur intirnsik novel.
a.
Tema
Tema adalah inti atau ide pokok
sebuah cerita.Tema merupakan pangkal tolak
pengarang dalam menyampaikan cerita. Tema suatu novel menyangkut segala
persoalan dalam kehidupan manusia, baik masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih
sayang, dan sebagainya.
b.
Tokoh
Tokoh adalah individu yang berperan dalam cerita, yang
mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
Tokoh Protagonis ( tokoh utama )
Tokoh Antagonis ( tokoh yang berlawanan
dengan tokoh utama )
Tokoh Tirtagonis ( tokoh pelerai )
Tokoh pembantu / peran pembantu / figuran.
c.
Penokohan
Untuk menggambarkan karakter seorang
tokoh, pengarang dapat menyebutkan secara langsung.Penjelasan karakter tokoh
dapat pula melalui gambaran fisik dan perilakunya, lingkungan kehidupannya,
cara bicaranya, jalan pikirannya, ataupun melalui penggambaran oleh tokoh lain.
d.
Alur (Plot)
Inti sari alur ada pada konflik
cerita. Akan tetapi, suatu konflik dalam novel tak bisa dipaparkan begitu saja;
jadi harus ada dasarnya. Oleh karena itu, alur terdiri atas: pengenalan, timbulnya
konflik, konflik memuncak, klimaks,dan pemecahan masalah.
e. Latar
Dalam novel ataupun bentuk prosa lainnya,
kadang-kadang juga tidakdisebutkan secara jelas latar perbuatan tokoh itu.
Misalnya, di tepi hutan, di sebuah desa, pada suatu waktu, pada zaman dahulu,
di kala senja.
f. Sudut Pandang
(Point of View)
Posisi pengarang dalam menyampaikan
cerita ada beberapa macam :
·
Narator
Serba tahu
Dalam
posisi ini,narator bertinda. Ia tahu segalanya. Ia dapat menciptakan segala hal
yang diinginkannya. Pengarang dapat mengomentari kelakuan para tokohnya, bahkan
dapat pula berbicara langsung dengan pembacanya.
·
Narator
objektif
Dalam teknik ini, pengarang tak memberi
komentar apa pun. Pembaca hanya disuguhi "hasil pandangan mata".Pengarangnya menceritakan apa yang
terjadi seperti penonton melihat pementasan drama.
·
Narator
aktif
Narator juga aktor yang terlibat dalam
cerita. Kadang-kadang fungsinya sebagai tokoh sentral. Cara ini tampak dalam
penggunaan kata ganti orang pertama (aku, kami).
·
Narator
sebagai peninjau
Dalam teknik ini, pengarang memilih
salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian cerita kiat ikuti bersama
tokoh ini. Tokoh ini bisa bercerita tentang pendapatnya atau perasaannya
sendiri. Sementara itu, terhadap tokoh-tokoh lain, ia hanya bisa memberitahukan
kita semua apa yang dia lihat saja.
g. Amanat
Tidak jauh berbeda dengan bentuk
cerita lainnya, amanat dalam novel akan disimpan rapi dan disembunyikan
pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita.
2.
Unsur-Unsur Ekstrinsik
Unsur- unsur ektrinsik adalah unsur
luar yang berpengaruh terhadap isi novel itu. Termasuk ke dalam unsur
luar itu adalah latar belakang pengarang, kondisi sosial budaya, dan tempat
atau lokasi novel itu dikarang.
a. Latar belakang
Latar belakang pengarang menyangkut
asal daerah atau suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama, dan ideologi pengarang.
b. Kondisi Sosial budaya
Kondisi sosial budaya, misalnya
novel yang dibuat pada zaman kolonial akan berbeda dengan novel pada zaman
kemerdekaan, atau pada masa reformasi.
c.
Tempat atau kondisi alam
Tempat atau kondisi alam, misalnya
novel yang dikarang oleh orang yang hidup di daerah pertanian, sedikit banyak
akan berbeda dengan novel yang dikarang oleh orang yang terbiasa hidup di
daerah gurun.Untuk mengetahui wujud unsur-unsur ektrinsik itu, tentu kita harus
mengetahui biografi pengarangnya beserta tahun penerbitnya.
1.4. Metode Penelitian
Perbedaan
Resensi, Timbangan Buku, dan Timbangan Pustaka
Pengertian
resensi adalah tulisan / karangan / ulasan mengenai nilai sebuah buku / hasil
karya seseorang. Resensi diartikan juga sebagai tinjauan buku / bedah buku /
timbangan buku / penilaian buku. Resensi merupakan
tulisan yang menyajikan sejumlah informasi tentang sebuah buku. Resensi berasal
dari bahasa latin ‘recensere’ artinya melihat kembali, menimbang,
atau menilai. Punya maksud atau makna sejajar dengan review dalam bahasa
Inggris (Slamet Soewandi, 1977). Sedangkan menurut buku “Kamus Istilah Sastra”
yang ditulis oleh Panuti Sudjiman (1984) dijelaskan bahwa resensi berarti hasil
pembahasan dan penilaian yang pendek tentang suatu karya tulis.
Jadi, arti resensi mengacu kepada mengulas sebuah buku. Konteks ini memberi
arti penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.
http://gencistra.blogspot.com
Pengertian
timbangan buku adalah tulisan yang menyajikan sejumlah informasi tentang sebuah
buku yang ditinjau dan dinilai secara isi sebuah buku
Pengertian
timbangan pustaka adalah tulisan yang menyajikan sejumlah informasi tentang
sumber penulisnya seperti pengarang, nama buku, tahun dan diterbitkan.
Hal
yang dapat membedakan Resensi, Timbangan Buku dan Timbangan Pustaka adalah
:
Resensi
timbangan buku adalah dengan isi sebuah buku yang diresensi.
Resensi
timbangan pustaka adalah dengan sumber penulisnya dengan adanya pengarang, nama
buku, tahun dan diterbitkan.
Resensi
adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu
buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi
adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu
patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Yang akan kita bahas pada
buku ini adalah resensi buku. Resensi buku adalah ulasan sebuah buku yang di
dalamnya terdapat data-data buku, sinopsis buku, bahasan buku, atau kritikan
terhadap buku.
Resensi
berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere.
Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah
itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie,
sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas
buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali
isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas
itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada
masyarakat luas.
Ada yang
berpendapat bahwa minimal ada tiga jenis resensi buku.
1.
Informatif, maksudnya, isi dari resensi hanya secara
singkat dan umum dalam menyampaikan keseluruhan isi buku.
2.
Deskriptif, maksudnya, ulasan bersifat detail pada tiap
bagian/bab.
3.
Kritis, maksudnya, resensi berbentuk ulasan detail
dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis
dan objektif dalam menilai isi buku.
Namun, ketiga
jenis resensi di atas tidak baku. Bisa jadi resensi jenis informatif namun
memuat analisa deskripsi dan kritis. Alhasil, ketiganya bisa diterapkan
bersamaan.
Dengan
demikian, kita harus mengetahui beberapa unsur-unsur resensi, yaitu sebagai
berikut :
Daniel Samad
(1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:
1. Membuat judul
resensi
Judul resensi
yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidak harus
ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang
perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.
2. Menyusun
data buku
Data buku
biasanya disusun sebagai berikut:
a. judul buku
(Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan judul
aslinya.);
b. pengarang
(Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang
tertera pada buku.);
c. penerbit;
d. tahun
terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);
e. tebal
buku;
f. harga buku
(jika diperlukan).
3. Membuat
pembukaan
Pembukaan
dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:
a.
memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi
apa saja yang diperoleh;
b.
membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang
sendiri maupun oleh pengarang lain;
c. memaparkan
kekhasan atau sosok pengarang;
d. memaparkan
keunikan buku;
e. merumuskan
tema buku;
f.
mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
g.
mengungkapkan kesan terhadap buku;
h.
memperkenalkan penerbit;
i. mengajukan
pertanyaan;
j. membuka
dialog.
4. Tubuh atau
isi pernyataan resensi buku
Tubuh atau
isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:
a. sinopsis
atau isi buku secara kronologis;
b. ulasan
singkat buku dengan kutipan secukupnya;
c. keunggulan
buku;
d. kelemahan
buku;
e. rumusan
kerangka buku;
f. tinjauan
bahasa (mudah atau berbelit-belit);
g. adanya
kesalahan cetak.
5. Penutup
resensi buku
Bagian
penutup, biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa novel itu
diterbitkan.
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun
unsur-unsur novel ini adalah sebagai berikut :
2.1. Unsur Intrisik
2.1.1.
Tema
Menurut pendapat Saad (1967:185), tema adalah persoalan
pokok yang menjadi pikiran pengarang, di dalamnya terbayang pandangan hidup dan
cita-cita pengarang. Pendapat tersebut juga didukung oleh pendapat para ahli
lainnya seperti:
Menurut Moeliena (1990:921), tema adalah pokok
pikiran, dasar cerita (dipercakapkan) yang dipakai sebagai dasar mengarang dan
mengubah sajak.
Menurut Stanton (1965:4), tema merupakan ide
sentral atau pokok dalam karya
Menurut Holmon (1981:443),,tema merupakan
gagasan sentral yang mencakup permasalahan dalam
cerita, yaitu suatu yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan tujuan
cerita karya sastra.
Tema juga dibagi
menjadi dua yaitu :
Tema mayor adalah makna pokok cerita yang
menjadi dasar atau dasar gagasan umum karya sastra.
Tema minor adalah makna yang terdapat pada
bagian-bagian tertentu cerita dapat didefinisikan sebagai makna
bagian,makna tambahan.
Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tema
adalah pokok
pembicaraan dalam sebuah cerita yang paling sering menimbulkan konflik.
Sebagaimana seorang pengarang, Wiwid
Prasetyo juga mengangkat sebuah tema
yang digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan isi novel Sekolah, Ayo Sekolah
tersebut.
Mengangkat tema tentang
pendidikan, Wiwid Prasetyo menceritakan
sebuah kisah keluarga Pak Darsus dan Ibu Rukmini yang hidup cukup sederhana di
daerah Bolangsari, Jombang, Jawa Timur. “ …Bapakku hanya seorang petani, rezekinya
adalah sawah satu-satunya. Adalah harta karunnya” ( hal. 9). Mereka
memiliki anak yang bernama Ponijo dan Ganis. Ponijo seorang siswa SD dan
menjadi juru sembuh di desa itu ketika ia mendapatkan batu kilat setelah dia
disambar petir, “ Batu itu ada dalam
genggamanku sekarang…” (Hal.101). “
…Ponijo si anak ajaib yang berhasil menyembuhkan adiknya dengan berbekal sebuah
batu ” (Hal.107) , sejak itu Ponijo menjadi sombong, dan sering mendapat
nilai yang jelek bahkan terkadang merencanakan untuk tidak bersekolah. “… artinya ia harus bersiap-siap pula mendapat nilai yang jelek.” (Hal.
268) Perbuatannya tersebut tidak disetujui oleh kedua orang tuanya. Karena
menurut mereka perbuatan Ponijo tidak halal dan mereka mendorong serta
meyakinkan hati Ponijo bahwa sekolahlah yang bisa memperbaharaui nasib mereka. “
sebagai pelajar, tugasmu yang paling
penting adalah belajar, bukan hal yang lain,apalagi bukannya menolong malah
menjerumuskanmu…” (Hal. 264). Bukan hanya pak Darsus dan bu Rukmini yang
mendorong Ponijo untuk bersekolah,
bahkan teman dekatnya yang bernama Siswati, salah seorang gurunya yang bernama
Bu Ningrum turut ambil bagian untuk mendorong ponijo untuk bersekolah. Atas
dorongan tersebut, akhirnya Ponijo sadar akan pentingnya pendidikan. “ Adapun kenapa saya menutup praktik
pengobatan ini karena saya memilih bersekolah dan meraih cita-cita saya….”
( hal. 472). Kalimat terakhir Ponijo tersebutlah menegaskan pentingnya
pedidikan pada masa sekarang ini.
2.1.2. Tokoh
Menurut Panuti Sudjiman (1988:16), tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa
atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga
berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Panuti Sudjiman (1966:25), tokoh merupakan bagian atau unsur dari suatu kebutuhan artistik yaitu karya
sastra yang harus selalu menunjang kebutuhan artistik.
Stanto
(1965:17),
yang dimaksud dengan tokoh utama
ialah tokoh yang aktif pada setiap peristiwa, sedangkan tokoh utama dalam
peristiwa tertentu.
Nurgiyantoro (2007 : 176), mengatakan tokoh-tokoh cerita dalam sebuah
fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut
mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan,
seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan
sekaligus, misalnya sebagai tokoh utama-protagonis-berkembang-tipikal. Dan yang
akan dijelaskan peneliti di sini yaitu tokoh utama (yang mencakup tokoh
protagonis, antagonis), tokoh tambahan, tokoh sederhana, tokoh bulat, tokoh
statis, tokoh berkembang, tokoh tipikal dan tokoh netral.
1. Tokoh Utama
Nurgiyantro (2007 : 176) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan
penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling
banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap
kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita bersangkutan.
Misalnya, tokoh Ponijo pada novel Sekolah,
Ayo Sekolah.
Pada novel tersebut Ponijo adalah pemeran utama, karena
tokoh tersebut pada cerita ini adalah tokoh yang membuat para pembaca merasa simpati
dengan kisah nya yang disajikan pengarang secara apik dalam
novel, baik kisah hidup keluarganya, ketika dia
mendapatkan batu ajaib, kegagalan-kegagalan yang dia hadapi beserta
keluarganya yang
penuh dengan pengorbanan sehingga pada
akhirnya dia sadar akan pentingnya pedidikan.
Tokoh utama mencakup :
a.
Tokoh protagonis
Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2007 : 178)
tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara
populer disebut hero-tokoh yang merupakan
pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh
protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan, harapan-harapan
pembaca. Sering juga pembaca merasakan kesamaan dengan dirinya dan permasalahan
yang dihadapi tokoh seolah-olah juga permasalahannya, demikian pula halnya
dalam menyikapinya. Pendek kata, segala apa yang dirasa, dipikir, dan dilakukan
oleh tokoh itu sekaligus mewakili pembaca.
Adapun tokoh protagonis pada novel ini yaitu : tokoh ibu Rukmini yang menjalani kehidupan dengan
penuh rasa sabar, bersyukur serta selalu mengharapkan berkah dari Allah SWT, dan alasan peneliti menetapkan sebagai
tokoh protagonis adalah keterkaitan cerita dengan perjalanan hidup yang dialami
tokoh Ruk Mini dalam menghadapi gejolak dalam keluarganya, baik sikap
pak Darsus yang sering salah paham maupun sifat Ponijo yang suka membentak
orang tuanya terlebih ketika anak bungsunya yang bernama Ganis sakit parah. Ibu
Rukmini selalu optimis dan berusaha semaksimal mungkin yang tak pernah lepas
dari kesederhanaannya. Tokoh protagonist lainnya adalah Siswati teman dekat
Ponijo, yang memiliki semangat yang tinggi untuk bersekolah walaupun hidup dalm
situsi yang pas-pasan.
b.
Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis disebut juga tokoh yang menjadi penyebab
terjadinya konflik. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut beroposisi dengan
tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun
batin. Konflik yang dialami oleh tokoh protagonis tidak harus hanya yang
disebabkan oleh tokoh antagonis seorang (beberapa orang) individu yang dapat
ditunjuk secara jelas. Ia dapat disebabkan oleh hal-hal lain yang di luar
individualitas seseorang, misalnya bencana alam, kecelakaan, lingkungan alam
dan sosial, aturan-aturan sosial, nilai-nilai moral, kekuasaan dan kekuatan
yang lebih tinggi, dan sebagainya.
Penyebab konflik yang tak dilakukan oleh seorang tokoh
disebut sebagai kekuatan antagonistis. Konflik bahkan mungkin sekali disebabkan
oleh diri sendiri, misalnya seorang tokoh akan memutuskan sesuatu yang penting
yang masing-masing menuntut konsekuensi sehingga terjadi pertentangan dalam
diri sendiri. Namun, biasanya ada juga pengaruh kekuatan antagonistis yang di
luar diri walau secara tak langsung. Penyebab terjadinya konflik dalam sebuah novel,
mungkin berupa tokoh antagonis, kekuatan antagonis, atau keduanya sekaligus.
Pada novel ini tokoh antagonis diperankan oleh Ponijo
yaitu putra pak
Darsus yang sering menjadi sumber konflik dalam keluarganya, karena dia selalu mengedepankan egonya, keras kepala, sombong, selalu melawan orang tuanya, dan tidak
mau bersekolah. Tokoh antagonis juga, termasuk Pak Darsus yang selalu salah
paham dengan keadaan bu Rukmini kepada Koh Tjik Hwa seorang yang kaya raya di
desa itu Selain itu, termasuk Pak Kades yang memanfaatkan si Ponijo untuk
mencari uang yang tidak halal demi kebutuhan pribadinya, yang membuat pak
Darsus dan bu Rukmini selalu kecewa dengan perlakuan si Ponijo.
1.
Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan atau disebut juga tokoh pembantu merupakan
tokoh yang berperan membantu/menemani tokoh utama dalam cerita dan tokoh ini
bukan yang menjadi fokus perhatian pembaca. Beberapa contoh tokoh pembantu
adalah orang yang lalu lalang di pasar, tukang becak, tetangga, pedagang, teman pemeran utama dan sebagainya.
Tokoh tambahan pada novel “Sekolah,
Ayo Sekolah”
karya “Wiwid Prasetyo” ada beberapa tokoh yaitu tokoh yang diceritakan hanya
sepintas lalu dan memiliki kesan sekedar untuk melengkapi atau menguatkan alur
cerita misalnya yang deperankan oleh Sofyan,
Sarpin, Dulah, bu Ningrum, Siswati, pak Kades , Sutimin, dr. Joko, Leks Astaman,
pasien. Kemunculan
tokoh-tokoh tersebut diceritakan hanya segelintir misalnya dr. Joko ketika menyembuhkan Ganis.
2.
Tokoh sederhana atau datar adalah tokoh yang kurang
mewakili keutuhan personalitas manusia dan hanya ditonjolkan satu sisinya saja.
Yang termasuk dalam kategori tokoh sederhana atau datar adalah semua tipe tokoh
yang sudah biasa, yang sudah familiar, atau yang stereotip dalam fiksi. Ciri bahwa seorang tokoh dapat dikategorikan
ke dalam stereotip tertentu ialah
bahwa watak tokoh tersebut dapat dirumuskan dalam suatu formula (pernyataan)
yang sederhana. Misalnya tokoh: tetangga Ponijo,
mereka berdatangan di rumah Ponijo untuk menjenguk Ganis. Itong dan temannya, teman-teman
Ponijo ketika mereka disambar petir dan menemukan batu ajaib.
3.
Tokoh Bulat atau Tokoh Kompleks
Abrams (dalam Nurgiyantoro 2007 : 183) tokoh bulat atau
tokoh kompleks yaitu tokoh yang dapat dilihat semua sisi kehidupannya, sisi
kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat
diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku
bermacam-macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga. Oleh
karena itu, perwatakannya pun pada umumnya sulit dideskripsikan secara tepat.
Dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan
manusia yang sesungguhnya, karena disamping memiliki berbagai kemungkinan sikap
dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan. Misalnya tokoh Bu Ningrum salah seorang guru yang selalu memperhatikan
dan memotivasi Ponijo untuk bersekolah.
4.
Tokoh Statis (tak berkembang)
Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2007 : 188)
tokoh statis (tak berkembang) adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak
mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh jenis ini tampak seperti kurang
terlibat dan tak terpengaruh oleh adanya hubungan antarmanusia. Jika
diibaratkan, tokoh statis adalah bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan
walau tiap hari dihantam dan disayang ombak. Tokoh statis memiliki sikap dan
watak yang relatif tetap, tak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita.
Misalnya tokoh Leks Astaman, seorang ahli
jimat di desa itu
Dalam novel ini menceritakn
seorang
tokoh yang pernah didatangi oleh Ponijo dan
teman-temannya untuk menanyakan keaslian batu ajaib si Ponijo. Setelah kejadian tersebut diceritakan, dan diakhir cerita berikutnya keberadaan Leks Astaman tidak diketahui oleh pembaca, maka tokoh tersebut bisa
dikatakan dengan tokoh statis (tak berkembang).
5.
Tokoh Berkembang
Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami
perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (dan
perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan. Ia secara aktif berinteraksi
dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lain, yang
kesemuanya itu akan mempengaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya. Adanya
perubahan-perubahan yang terjadi di luar dirinya, dan adanya hubungan
antarmanusia yang memang bersifat saling mempengaruhi itu, dapat menyentuh
kejiwaannya dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan dan perkembangan sikap
dan wataknya. Sikap dan watak tokoh berkembang, dengan demikian, akan mengalami
perkembangan atau perubahan dari awal, tengah, dan akhir cerita, sesuai dengan
tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan. Misalnya tokoh Ponijo.
Ponijo adalah tokoh yang sangat
menentukan situasi akhir dari kisah novel ini karena tokoh tersebut merupakan tokoh yang sangat
berpengaruh untuk menarik rasa penasaran pembaca terhadap cerita berikutnya
sehingga tokoh mereka selalu hadir dalam setiap halaman novel walaupun tidak
seluruhnya. Jadi tokoh-tokoh tersebut selalu diceritakan seluruh kehidupannya
baik sifat, sosialisasi terhadap lingkungan dan perubahan-perubahan yang
terjadi di luar maupun dalam dirinya. Maka tokoh-tokoh tersebut merupakan tokoh
yang selalu berkembang baik sifat, perubahan maupun segala sesuatu yang terjadi
di luar maupun dalam diri mereka, maka mereka disebut dengan tokoh berkembang.
6.
Tokoh tipikal
Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan
keadaan individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau
kebangsaannya, atau sesuatu yang lain yang lebih bersifat mewakili. Tokoh
tipikal merupakan penggambaran, pencerminan, atau penunjukan terhadap orang,
atau sekelompok orang yang terikat dalam sebuah lembaga, atau seorang individu
sebagai bagian dari suatu lembaga, yang ada di dunia nyata. Penggambaran itu
tentu saja bersifat tidak langsung dan tidak menyeluruh, dan justru pihak
pembacalah yang menafsirkannya secara demikian berdasarkan pengetahuan,
pengalaman, dan persepsinya terhadap tokoh di dunia nyata dan pemahamannya
terhadap tokoh cerita di dunia fiksi.
Misalnya tokoh para wartawan
ketika Ponijo jumpa pers.
7.
Tokoh Netral
Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi
cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan
bereksistensi dalam dunia fiksi. Ia hadir (dihadirkan) semata-mata demi cerita,
atau bahkan dialah sebenarnya yang empunya cerita, pelaku cerita, dan yang
diceritakan. Kehadirannya tidak berpretensi untuk mewakili atau menggambarkan
sesuatu yang di luar dirinya, seseorang yang berasal dari dunia nyata. Atau
paling tidak, pembaca mengalami kesulitan untuk menafsirkannya sebagai bersifat
mewakili berhubung kurang ada unsur bukti pencerminan dari kenyataan di dunia
nyata.
Misalnya tokoh pak
Darsus dan bu Rukmini. Karena tokoh tersebut merupakan tokoh yang menghadirkan atau
melatarbelakangi keberadaan cerita. Dan dalam novel ini melibatkan mereka
sebagai sipencerita atau yang empunya cerita sebab kehadiran keduanya mewakili
atau menggambarkan keberadaan cerita, maka tokoh tersebut bisa dikatakan dengan
tokoh netral.
2.1.3. Penokohan
Penokohan adalah pemberian watak kepada peran
di dalam sebuah novel. Dalam sebuah novel tokoh diperankan secara lengkap baik
lahiriah maupun batiniah. Sehingga tokoh yang diperankan seperti layaknya
manusia di dunia nyata yang memiliki sifat-sifat seperti pemarah, rajin,
pintar, baik, dll.
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan pengarang
untuk menampilkan watah dari tokoh novel.
1.
Penggambaran bentuk lahiriah seperti keadaan
fisik, tingkah dan cara berpakaian.
2.
Penggambaran jalan pikiran tokoh.
3.
Penggambaran melalui reaksi tokoh terhadap
hal atau peristiwa tertentu.
4.
Penggambaran lingkungan atau keadaan sekitar
tokoh.
2.1.4. Plot
Plot adalah sambung
sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat.
Plot/alur tidak hanya mengemukakan apa yang
terjadi,tetapi yang lebih penting adalah menjelaskan hal itu terjadi.Plot
merupakan unsure instrinsik yang penting dalam pembuatan karya sastra.
Pengertian plot
menurut beberapa ahli:
Menurut Virgil Scoh (
1966 : 2), plot
adalah prinsip yang isensial dalam cerita.
Menurut Morjorie Boulton ( 1975 : 45), plot adalah pengorganisasian dalam novel atau penentu
struktur novel.
Menurut (Aminuddin, 1987:83),
plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh
tahapan-tahapan peristiwa, sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh
para pelaku dalam suatu cerita
Menurut Dick Hartoko (1948:149),
plot sebagai alur cerita yang
dibuat oleh pembaca yang berupa deretan peristiwa secara kronologis, saling
berkaitan dan bersifat kausalitas sesuai dengan apa yang dialami pelaku cerita.
Dari pengertian
diatas maka dapat disimpulkan alur/plot adalah suatu cerita yang saling
berkaitan secara kronologis untuk menunjukkan suatu maksud jalan cerita yang
ada.
Alur pada novel ini adalah alur maju
yang diawali dengan keada si Ponijo yang terpuruk karena situasi ekonomi
keluarganya, adiknya sakit, di pergi dari rumah, di menemukan batu, dia jadi
juru sembuh, orang tuanya tidak setuju Ponijo seorang juru sembuh, sampai ia
bertobat dan sadar akan pentingnya pendidikan.
2.1.5. Latar/Setting
Pengertian latar/setting menurut para ahli:
Menurut Nadjid
(2003:25) latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya
dalam prosa fiksi.
Menurut pendapat Aminuddin
(1987:67), yang dimaksud dengan setting/latar adalah latar peristiwa dalam
karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi
fisikal dan fungsi psikologis.
Latar adalah waktu dan tempat terjadinya cerita dalam
kesusastraan.
Dalam arti luas latar atau setting meliputi latar
tempat,waktu dan suasana kejadian atau peristiwa terjadi.
a. Latar tempat : latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin
berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
Latar tempat di novel ini adalah rumah Ponijo, sekolah, rumah Kho Tjik Hwa, rumah
Sofyan, gubuk Lek Astaman, tanah lapang ketika mereka bermain layang-layang,
b. Latar waktu : latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ”
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Masalah ”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktu.
Misalnya pada malam hari ketika Ponijo duduk di serambi rumahnya dan memikirkan
nasib keluarganya, pagi hari pada saat Ponijo dan teman-temannya bersekolah,
siang hari ketika banyak warga/pasien menunggu kedatangan Ponijo dari sekolah,
sore hari ketika Ganis di kompres oleh ibunya.
c. Latar suasana :
merupakan suasana sekeliling saat terjadinya peristiwa yang menjadi pengiring
atau latar belakang kejadian penting.
Misalnya,
suasana tegang, sedih dan takutketika pak Darsus marah dan memukuli bu Rukmini.
2.1.6. Gaya Bahasa
Gaya
bahasa adalah bahasa yang mengandung makna kias yang dapat menghidupkan dan
membangkitkan daya tarik. Misalnya, majas hiperbola “…gelegarnya membuat
telingaku hampir sumplung…”
2.1.7. Sudut Pandang
Cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang
dipaparkannya disebut sudut pandang, atau biasa diistilahkan dengan point of
view (Aminuddin, 1987:90).
Pendapat tersebut dipertegas oleh Atar Semi (1988:51) yang menyebutkan istilah sudut pandang, atau point of view dengan istilah pusat
pengisahan, yakni posisi dan penobatan diri pengarang dalam ceritanya, atau
darimana pengarang melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu.
Lebih lanjut Atar
Semi (1988:57-58) menegaskan bahwa titik kisah merupakan posisi dan
penempatan pengarang dalam ceritanya. Ia membedakan titik kisah menjadi empat
jenis yang meliputi : (1) pengarang sebagai tokoh, (2) pengarang sebagai tokoh
sampingan, (3) pengarang sebagai orang ketiga, (4) pengarang sebagai pemain dan
narrator.
Dari pengertian di atas, sudut Pandang adalah penempatan pengarang dalam sebuah cerita.
Novel Sekolah, Ayo Sekolah pengarang menceritakan tokoh lain atau arti lain
pengarang berada di luar cerita.
2.1.8. Amanat
Amanat yang terdapat dalam karya sastra tertuang secara
implisit. Secara implisit yaitu jika jalan keluar atau ajaran moral itu
disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir,Sudjiman (1986:35).
Amanat secara eksplisit yaitu jika pengarang pada tengah
atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan dan
sebagainya,berkenan dengan gagasan yang mendasari cerita itu.
Sebagai
amanat dari novel Sekolah, Ayo Sekolah adalah:
a.
Kita harus mengejar pendidikan yang
lebih tinggi supaya kita dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan.
b.
Jangan cepat mengambil tindakan yang
dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
c.
Hidup harus disertai dengan rasa syukur.
2.2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam cerita.
Nilai-nilai itu antara lain: nilai agama, nilai moral, nilai sosial, nilai
budaya.
2.2.1. Nilai Agama
Nilai agama yaitu
nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan/ajaran yang bersumber
dari agama tertentu.
Misalnya Bu Rukmini sholat
dengan sujud dan meneteskan air mata. Ia banyak meminta di tiap sujud
karena sujud adalah saat dikabulkannya doa. Ia dengan sepenuh hati meminta
kepada Allah Ponijo dan masyarakat sekitar dapat bertobat terlebih Ponijo
kiranya dapat bersekolah kembali dan meraih cita-citanya. Ahim telah
mempersiapkan diri secara maksimal, tetapi ia yakin apa yang akan ia dapat
adalah apa yang akan Ia karuniakan kepadanya.
Nilai agama yang
terkandung dalam penggalan cerita di atas adalah meminta kepada Allah saat
sujud dalam sholat.
2.2.2. Nilai Moral
Nilai moral yaitu
nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan akhlak/perangai atau etika.
Nilai moral dalam cerita bisa jadi nilai moral yang baik, bisa pula nilai moral
yang buruk/jelek.
Misalnya, pak Darsus yang
sering salah paham dengan hubungan Bu
Rukmini dengan Kho Tjik Hwa sehingga pak Darsus sering cemburu buta dan
memukuli bu Rukmini
Nilai moral yang terdapat
dalam penggalan cerita di atas adalah nilai moral yang jelek, yaitu seorang
suami yang tidak berpikir secara positif dan sportif.
2.2.3. Nilai Budaya
Nilai budaya adalah
nilai-nilai yang berkenaan dengan kebiasaan/tradisi/adat-istiadat yang berlaku
pada suatu daerah.
Misalnya: Pak Darsus dan
Bu Ruk Mini melayani tamu/ponijo dengan baik, sabar, ramah walaupun dalam
keadaan yang serba terbatas.
2.2.4. Nilai Sosial
Nilai sosial yaitu
nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam
masyarakat.
Misalnya: tetangga Ponijo
menjenguk Ganis yang sedang sakit.
Nilai sosial yang terdapat
dalam penggalan cerita di atas adalah masyarakat yang dengan suka rela
menjenguk orang yang sakit.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. KESIMPULAN
Novel ini sangat menarik terutama di kalangan pelajar karena
dapat memotivasi pelajar untuk mengejar cita-citannya. Kata-kata dalam novel
ini pun sangat menarik misalnya “tantangan perjuangan menentukan nasib, memilih
hari ini atau derajat terhormat hari esok
dengan berjuang keras untuk terus sekolah meskipun berhadapan dengan lingkungan
yang gelap gulita ole kebodohan…” Bukan Cuma kalangan pelajar akan tetapi
seluruh elemen masyarakat bisa termotivasi oleh novel ini baik orang tua, guru,
pejabat dan masyarakat biasa.
3.2. SARAN
1. Sebaiknya cover novel ini dibuat lebih menarik dan penggunaan
bahasanya kiranya menggunakan bahasa yang mudah dan cepat dimengerti oleh
pembaca.
2. Bagi pembaca, belajarlah dengan tekun dan raihlah cita-citamu, jangan
cepat terpengaruh akan hal-hal instan , jangan bertahan pada pendapat sendiri,
bentuklah keluarga yang sejahtera
DAFTAR
ISTILAH
1. Waliyullah
: orang yang dilindungi Allah
2. Istiqhfar
: kalimat yang diucapkan saat menyadari sesuatu kesalahan atau ingin
memperbaiki suatu kesalahan.
3. Surat
Al-Waaqi’ah : salah satu nama surat di dalam Al-quran.
4. Dzikir
Al-Ghazali : cara berdzikir yang selalu dilakukan oleh imam Al- Ghazali.
5. Tahajjud
: salah satu shalat sunnah ( shalat yang boleh dilakukan atau tidak) yang
fungsinya untuk meminta pertolongan dan petunjuk dari Allah SWT.
6. Wirid
: ibadah yang dilakukan dengan membacakan ayat-ayat Al-quran tertentu secara
bersama-sama
7. Alhamdulillah
: bahasa Arab yang bermakna mengucapkan rasa syukur dan terima kasih atas apa
yang telah diberikan Allah SWT.
8. Naudzubillahi
Min Dzalik : bahasa Arab yang menyiratkan rasa takjub akan sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
Tim
LBB SSCintersolusi. 2005. Teori Ringkas Bahasa
Indonesia, Jakarta : Erlangga.
Wahyuni, Dian. 2010. Pengertian Novel dan Unsur Pembangunnya. http “ unsur intrinsik
novel”
Boleh di-Share :
Contoh Bedah Novel
4/
5
Oleh
Ir. Ordeli Zalukhu
Post a Comment
Terima kasih telah menambahkan komentar yang positif. Lihat komentar lainnya via PC.